Master Chin Kung Membahas :
Apa yang dimaksud dengan melepaskan segalanya dan menfokuskan pikiran melafal Amituofo? Apakah pekerjaan dan seluruh aktivitas kehidupan juga harus dilepaskan?
Bagian 2
Bagaimana cara untuk melafal Amituofo? Apakah dengan melafal Amituofo seharian bisa pasti terlahir ke Alam Sukhavati? Mengapa pepatah kuno mengatakan “tenggorokan pecah juga sia-sia”, kita harus merenungkannya. Melafal Amituofo adalah cara, tujuannya adalah untuk mencapai pikiran yang suci. Dengan menggunakan sepatah Amituofo ini untuk melenyapkan khayalan, kerisauan, bentuk-bentuk pikiran, perbedaan, dan kemelekatan, inilah yang disebut dengan melafal Amituofo.
Praktisi yang melafal Amituofo harus yakin pada hukum sebab akibat, yakni “segala hal telah ditentukan sebelumnya”, karena itu tidak perlu memperebutkannya, tidak perlu memaksakan kehendak, menunaikan kewajiban diri dengan baik. Dalam keseharian hanya berharap dapat memiliki pakaian yang hangat, makan dengan cukup, sebuah rumah kecil yang dapat terhindar dari angin dan hujan, ini sudah cukup! Jika memiliki kelebihan maka harus tahu membantu orang lain, banyak berdana, memupuk jasa kebajikan, berkah dan kebijaksanaan dilatih bersamaan.
Ada praktisi yang bertanya padaku bagaimana cara melafal Amituofo? Saya memberitahukan padanya, semua makhluk di seluruh Dharmadhatu adalah Buddha Amitabha, inilah cara saya melafal Amituofo; setiap manusia adalah jelmaan dari Buddha Amitabha, setiap kejadian juga hasil jelmaan Buddha Amitabha, gunung, sungai dan daratan, rumput, kayu, tanah dan bebatuan, semuanya adalah hasil jelmaan Buddha Amitabha. Di Alam Sukhavati segalanya dapat menyebarkan Dharma, demikian pula dengan alam kita, apakah anda dapat melihatnya? Baik di mataku maupun di hatiku, seluruhnya adalah Buddha Amitabha. Melafal Amituofo maksudnya adalah pikiran sekarang, maka itu dengan sendirinya memperlakukan setiap insan, kejadian dan benda dengan perasaan hormat, “hati suci maka Tanah Buddha pun jadi suci.
Maka itu terhadap kelahiran di Alam Sukhavati, sedikitpun kami tidak mencemaskannya, karena kami telah yakin sepenuhnya, tiada sedikitpun keraguan. Terlahir ke Alam Sukhavati adalah pulang ke kampung halaman, mana mungkin tidak bisa berpulang ke sana. Masalahnya apakah anda mengenal jalan pulang? Jalan adalah cara. Apakah anda memahami kebenaran yang sesungguhnya? Kebenaran yang sesungguhnya adalah “Hati adalah tanah suci, jiwa sejati adalah Buddha Amitabha”, apakah kita masih perlu khawatir lagi? Bagaimanapun buruknya dunia ini, janganlah dikeluhkan.
Kita dapat menyesuaikan diri dengan insan lain, sambil bersukacita memupuk jasa kebajikan”, baik kondisi senang atau susah, bertemu jodoh baik atau jahat, kita harus senantiasa menjaga pikiran yang tulus, suci, dan seimbang, inilah yang disebut melafal Amituofo. Tidak pasti harus melafal Amituofo terus di mulut. Melafal Amituofo di mulut adalah cara untuk meredakan bentuk-bentuk pikiran. Ketika enam indra kita kontak dengan kondisi di luar, maka muncullah bentuk-bentuk pikiran, sepatah Amituofo dapat meredakan bentuk-bentuk pikiran, inilah yang disebut dengan ketrampilan melatih diri, yakni menaklukan segala noda pikiran dan tabiat, dalam segala ruang dan waktu, senantiasa mawas diri.
Sesepuh terdahulu berkata “tidak takut pada bentuk-bentuk pikiran yang muncul, hanya saja takut terlambat menyadarinya”. Bentuk-bentuk pikiran ini adalah enam alam tumimbal lahir dan tiga alam sengsara. Jika seberkas bentuk pikiran baik yang muncul maka ini adalah tiga alam baik; sebaliknya bentuk pikiran jahat yang muncul maka ini adalah tiga alam penderitaan. Barulah kita ketahui betapa mengerikannya niat pikiran yang muncul tersebut. Buddha mengajari kita untuk menggunakan metode pelafalan Amituofo untuk menaklukkannya, tak peduli bentuk pikiran yang baik maupun jahat, asalkan begitu timbul, langsung teringat melafal Amituofo untuk meredakan bentuk pikiran tersebut. Asalkan anda dapat senantiasa memelihara pikiran suci, seimbang dan tercerahkan, maka anda telah melafal Amituofo dengan benar, pikiran suci, seimbang dan tercerahkan itulah Amituofo, ini dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni di dalam Sutra Usia Tanpa Batas.